Rabu, 30 November 2011

streptococus

Bakteri Streptococcus Mutans
Jawetz (1986) menyebutkan bahwa Streptococccus adalah mikroorganisme bulat, tersusun secara khas dalam rantai dan tersebar luas dalam alam. Beberapa diantaranya adalah anggota flora normal manusia, lainnya dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada manusia yang bertalian sebagai infeksi dengan Streptococccus, sebagian karena sensitisasi terhadapnya. Kuman ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim-enzim. Kemampuannya untuk menghemolisis sel-sel darah merah sampai berbagai tingkat adalah salah satu dasar penting untuk klasifikasi.
Streptococcus adalah pathogen penting karena banyak infeksi hebat yang disebabkannya dan karena komplikasi yang mungkin terjadi setelah sembuh dari infeksi akut itu. Komplikasi yang terjadi setelah infeksi Streptococccus meliputi demam reumatik dan glomeruloneritis akut. Bakteri yang diklasifikasikan dalam marga Streptococccus terbagi menurut ciri-ciri morfologi dan biokimia tertentu. Sifat organisme ini sangat khas ialah penampilannya. Organisme ini lebih kurang berbentuk bulat yang tumbuh sebagai rantai. Organisme ini membelah hanya dengan satu arah, tetapi belahan itu bukannya menjadi masing-masing kokus melainkan masih mempunyai kecenderungan untuk tetap bersama dan membentuk rantai kokus. Panjangnya rantai yang mungkin dapat dilihat ketika mewarnai organisme sampai batas tertentu ini bergantung kepada apakah organisme itu ditumbuhkan pada media padat atau cair dan bagaimana kira-kira organisme itu ditangani dalam proses pembuatan olesan. Rantai terpanjang pada preparat basah biakan cair. Streptococccus adalah semua gram-positif (Volk dan Wheeler, 1990).
c. Karakteristik Streptococccus mutans
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat nonmotil (tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang sendirian berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 180-400 Celcius. Streptococcus mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Nugraha, 2008).
Klasifikasi Streptococccus mutans menurut Bergey dalam Capuccino (1998) adalah:
Kingdom : Monera
Division : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
Streptococcus mutans adalah salah satu bakteri yang mendapat perhatian khusus, karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan karies gigi. Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecenderungan berbentuk coccus dengan formasi rantai panjang apabila ditanam pada medium yang diperkaya seperti Brain Heart Infusion (BHI) Bort, sedangkan bila ditanam di media agar memperlihatkan rantai pendek dengan bentuk sel tidak beraturan.

Mc Ghee (1982) dalam Pratama (2005) menyatakan bahwa media selektif untuk pertumbuhan Streptococcus mutans adalah agar Mitis Salivarius, yang menghambat kebanyakan bakteri mulut lainnya kecuali Streptococcus. Penghambat pertumbuhan bakteri lainnya pada agar Mitis Silivarius disebabkan karena kadar biru trypan. Di samping itu, media ini juga mengandung kristal violet, telurit, dan sukrosa berkadar tinggi. Streptococcus mutans yang tumbuh pada agar Mitis Silivarius memperlihatkan bentuk koloni halus berdiameter 0,5-1,5 mm, cembung, berwarna biru tua, dan pada pinggiran koloni kasar serta berair membentuk genangan disekitarnya.
Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glikosiltransferase dan fruktosiltransferase. Enzim ini bersifat spesifik untuk subtsrat sukrosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan fruktan. Pada metabolisme karbohidrat, enzim glikosiltransferase menggunakan sukrosa untuk mensitesa molekul glukosa dengan berat molekul tinggi yang terdiri dari ikatan glukosa alfa (1-6) dan alfa (1-3) (Mc Ghee, 1982) dalam Pratama (2005). Ikatan glukosa alfa (1-3) bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket, dan tidak larut dalam air. Kelarutan glukosa alfa (1-3) dalam air sangat berpengaruh terhadap pembentukan koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Ikatan glukosa ikatan (1-3) berfungsi pada perlekatan dan peningkatan koloni bakteri ini dapat kaitannya dengan pembentukan plak dan terjadinya karies (Roeslan, 1988) dalam Pratama (2005).
Streptococcus mutans ternyata adalah satu dari sedikit mikroorganisme yang pada waktu pendek atau lebih lama dapat sangat bertambah atau berkurang secara presentual setempat. Kemampuan ini dianggap turut bertanggungjawab bagi peran Streptococcus mutans pada terjadinya karies gigi (Dirks,dkk, 1993).
Streptococcus mutans dan laktobasilus marupakan kuman kariogenik, mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat poliskarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini yang terutama terdiri dari polimer glukosa menyebabkan matriks plak gigi, mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal, maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak (Kidd dan Bechal, 1991).
Sumber :
Jawetz, E., Melnick, J.L., Adelberg, E.A., 1986, Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta
Volk, W.A., dan Wheeler, M.F., 1990, Mikrobiologi Dasar jilid 2, Erlangga, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar